Selasa, 09 Oktober 2012

RUMOR HIDUP


RUMOR ‘HIDUP’ NEGERI INI
Oleh : IIP PIRDAUS
Teringat sebuah petuah maha guru dulu emak saya, bahwa “Dewasa ini tidak semua keabadian cinta dimiliki setiap kepribadian, kepribadian murni memiliki kehendak yang mampu ditolak keabadian dengan cara memutarbalikan fakta dan memilah logika, baik logika berbau cinta dan harta, cinta dan jabatan maupun logika berbau dusta atas nama kemanusiaan, ketiganya merupakan bentuk kesetiaan manusia terhadap dunia atas warna paradigma, walau manusia bukanlah wujud spiritual murni untuk mendapatkan kebahagiaan melainkan perpaduan antara wujud rohani dan jasmani, namun hal itu bukanlah tabir hitam tanpa ruang yang menutupi gerbang kebebasan”. Rupanya petuah itu berlaku hingga sekarang, dulu saya mengira hal itu hanya kata kiasan yang sedikitpun tidak memiliki makna dan hanya obat tidur anak kecil yang insomnia, akan tetapi setelah saya pikir benar juga bahwa manusia yang hidup di jaman globalisasi seperti sekarang ini mayoritas memprioritaskan tiga hal dalam hidupnya, yaitu :
  1. Hidup berbalut harta meski logika menolak kebahagiaan;
‘Manusia memiliki usia rata-rata  63 tahun, diusia setengah abad lebih itu banyak manusia yang mampu mensyukuri hidupnya sehingga yang dirasa setiap detik dari usianya seribu tahun waktu nyata tapi tidak sedikit pula yang merasa bahwa usia tersebut hanya sepintas bak usia ayam potong menunggu giliran disembelih’.
Beranjak dari hal itu, ketika kita berbicara tentang usia manusia  maka manusia bukanlah sosok kekal yang mampu mengkotak-kotakkan nasib di usianya bukan juga sosok fana yang hanya menunggu kebahagiaan berlimang harta akan tetapi manusaia merupakan Dwi wujud yang mampu merasakan kesenangan dan kesengsaraan, itu terlihat ketika manusia memperebutkan harta demi sebuah kesejahteraan hidup tanpa memikirkan kesejahteraan orang-orang yang di bawahnya, kerakusan manusia mengalahkan kerakusan tikus. Kita bisa berkaca dari para Agen of timepoli-tikus’ setiap pribadi dari mereka hanya memikirkan harta dan bahagia dari hasil keringatnya, bagi mereka hidup tanpa harta bagai ujung kulon tanpa badak culah satu ‘sepi’.
Mereka itulah aktor utama negeri ini yang mempergunakan jatah usianya untuk hidup dihujani harta walau logika mereka menolak kebahagiaan nyata, bagi rakyat jelata  kebahagiaan mereka hanyalah tipuan setan semata, tipuan yang membutakaan mata hati sehingga cara-cara yang dipakai pun keluar dari nilai norma dan nilai kemanusiaan. Lihat negeri ini luluh lantah oleh cara jahil mereka, di setiap penjuru kota bertebaran para kaum fakir miskin yang menahan rasa lapar, bila negeri ini terus digerogoti ’ poli-tikus’ kapan kesejahteraan dirasakan setiap orang dan bila ada yang menanyakan cara jitu  menumpas hama ‘poli-tikus’, saya serahkan pada ‘Poli-Kucing’ yaitu KP2K {Komisi Pemberantasan Poli-tikus Kerdil}.
  1. Hidup berbalut cinta meski harus ada yang membayangi;
‘Setiap orang selalu merindukan cinta dalam hidupnya dan berharap setiap memejamkan dan membuka mata selalu di kelilingi cinta namun itu tidak akan selalu terjadi setiap hari tanpa ketulusan dan membuang jauh sifat dusta dalam hidup’.
Di poin kedua ini, banyak kita temui pada kehidupan kaum bawah - menengah yang banyak mengabdikan diri kepada atasan atau orang yang lebih, baik lebih ilmunya, hartanya, jabatannya maupun ‘wanitanya’. Figuran terpenting pada poin ini yaitu para sekretaris ‘nakal’, tangan kanan para pembesar dan pejabat kelas teri . tugas mereka mencari perhatian orang-orang disekelilingnya agar bisa disebut sebagai seorang yang memiliki loyalitas atau kesetiaan tinggi pada atasan/institusi/perusahaan, padahal di antara mereka sering mengacuhkan nilai pengabdian yang hakiki, nilai yang sebenarnya akan membawa cinta mereka pada jalan kebahagiaan namun memang di lapangan nilai kehidupan sepertinya diacuhkan begitu saja, bagi mereka yang terpenting pekerjaan, dipuji atasan, gaji lancar  meski harus dibayang-bayangi kegelisahan. ‘Menghalalkan yang haram & mengharamkan yang lebih haram’.
  1. Dan hidup berbalut cinta pada sang pencipta demi surga yang kekal.
‘Tidak ada kebahagiaan yang sempurna di dunia ini dan tidak semua kebahagiaan menyempurnakan dunia yang ada dunia hanyalah kunci untuk kebahagiaan akhirat dengan kesempurnaanya.’
Memang dunia ini hanya panggung sandiwara, panggung yang menunggu para pemain atau para aktornya memerankan peran sesuai naskah, adapun yang tidak sesuai naskah mereka  itulah orang yang mengabdikan diri sepenuhnya kepadah tuhan sang pencipta, pemikiran untuk menjadikan dunia rumah pertama, sirna karena rumah dalam dimensi lain lebih sempurna dari dunia yaitu akhirat. Di negeri ini tidak sedikit orang yang beranggapan seperti itu sehingga cinta mereka tercurahkan pada illahi dan dunia mereka jadikan kunci agar mampu membuka pintu kekekalan di akhirat nanti, biasanya pemikiran seperti ini dimiliki para alim ulama bukan teroris.
Saya kira ulama kampus ini mah tidak akan berpikir seperti itu karena terlalu sibuk dengan demo mahasiswanya dan sibuk keliling kampus untuk menyidak {sidak} mahasiswa yang katanya hanya numpang tidur di kampus dan memberikan petuah bahwa ‘ jangan sampai jadi mahasiswa plagiator’. Hidup plagiator, hidup para rektor,hidup para koruptor {JARGON masa depan}.
Ketiga poin diatas berlaku pada mayoritas orang di negeri ini kecuali orang-orang yang memiliki argumen hidup yang kuat {pemaknaan hidup}, sehingga melahirkan perbedaan dan menjadikan perbedaan tersebut sebagai pelengkap untuk kebersamaan yang jelas seperti apa pun hidup kita that is your life syukurilah karena hidup bahagia bukan karena disyukuri tapi mensyukuri.
NB :
*        Jika ingin menentukan termasuk golongan manakah anda? Anda tinggal searching saja di mbah google, situs yang menyediakan berbagai permintaan mahasiswa dan umum;
*        Karya ini ditulis dengan waras tanpa sedikitpun ada culas;
*        Tulisan pertama wajar banyak salah kata dan pengkataan.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar